Jumat, 11 November 2016

perkembangan dan klasifikasi media pembelajaran

pengertian klasifikasi.
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain.

Perkembangan Media Pembelajaran
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tidak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama indera pandang – dengar.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi, dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA) . Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience).
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan system (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.

Perkembangan Media Pembelajaran


Bentuk interaksi antara pebelajar dan media merupakan komponen penting untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena uraian mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar.
Drs. A. A. Gede Agung, M.Pd.

PENGERTIAN
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan didengar yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan penggunaan alat-alat ini guru/pendidik dan siswa/peserta didik dapat berkomunikasi lebih hidup serta interaksinya bersifat multi arah. Media adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dngan lebih baik, lebih sempurna.
Media mengandung pesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar, sehingga siswa/peserta didik tidak menjadi bosan atau cepat jenuh dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Apapun yang disampaikan oleh guru/pendidik sebaiknya menggunakan media, paling tidak yang digunakannya adalah media verbal yang berupa kata-kata yang diucapkan di hadapan siswa/peserta didik. Pendidikan melalui media visual adalah metode/cara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada sesuatu yang didengar atau dibacanya. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan dalam melakukan komunikasi dengan pebelajar. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras itu. Pengajar juga termasuk media pembalajaran merupakan bagian dari kajian strategi penyampaian.

KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN
Sekurang-kurangnya ada lima cara dalam mengklasifikasi media pembelajaran yakni: tingkat kecermatan representasi, tingkat interaksi, tingkat kemampuan khusus, tingkat pengaruh motivasional, dan  tingkat biaya diperlukan.
Tingkat Kecermatan Representasi
Suatu media bisa diletakkan dalam suatu garis kontinum, seperti: benda dengar, seperti radio, kaset tape; media pandang-dengar, seperti film bersuara; media pandang, seperti gambar atau diagram; media dengar, seperti rekaman suara dan simbol-simbol tertulis. Bagaimanapun juga, kontinum ini bisa bervariasi untuk suatu pembelajaran. Misalnya, pembelajaran untuk suatu konser musik memiliki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat kecepatan reprsentasinya.
Bruber mengemukakan bahwa suatu pembelajaran harus bergerak dari pengalaman langsung ke representasi ikonik (seperti dalam gambar dan film), dan selanjutnya ke representasi simbolik (seperti kata atau sinbol-simbol lain). Banyak pebelajar telah melihat berbagai aspek bagaimana cara pengaspalan jalan raya. Mereka melihat banyak kendaraan pengangkut bahan seperti batu dan pasir, juga cara menata batu, serta ukurannya, cara membakar aspal dan menuangkannya ke atas batu yang telah ditata, bagaimana alat-alat besar lainnya.
Mereka sering mendapat pengalaman ini secara terpisah-pisah. Hal itu berarti bahwa mereka perlu memiliki pengalaman yang terintegrasi yang menggambarkan bagaimana cara pembangunan jalan raya. Media film tentang pembutan jalan raya akan dapat mengintegrasikan semua tahapan ini sehingga pengalaman-pengalaman mahasiswa/ peserta didik yang terpisah-pisah tadi terintegrasi ke dalam suatu abtraksi yang bermakna.
Tingkat Interaksi
Hal yang mampu ditimbulkan oleh suatu media yang juga dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum itu ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda seperti: komputer, pengajar, buku kerja, buku teks/rekaman, dan siaran radio/ televisi. Media-media ini juga mempunyai kemampuan menyajikan berbagai media yang telah dikemukakan sebelumnya. Misalnya, pengajar dapat menyajikan semua media dari benda kongkrit sampai simbol-simbol verbal. Buku kerja dapat menyajikan gambar, diagram, serta simbol-simbol tertulis. Juga dimungkinkan untuk menggunakan media secara terkombinasi, seperti buku kerja dengan film atau benda kongkrit pula sedang bekerja di lab, atau buku kerja dikombinasi dengan buku teks atau radio, atau juga simbol-simbol tertulis dengan film atau benda-benda konkrit. Kombinasi-kombinasi lainpun dapat diciptakan untuk keperluan suatu pembelajaran.
Tingkat Kemampuan Khusus
Sesuatu yang dimiliki oleh suatu media juga dapat dipakai untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Tiap media dari berbagai media yang telah dibicarakan di atas, baik dari kontinum tingkat kecermatan maupun tingkat interaktifnya, dapat diidentifikasi karakteristik khusus yang dimilikinya. Karakteristik khusus yang dimaksud adalah kemampuannya dalam menyajikan sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media lain. Media-media yang mempunyai kemampuan khusus inilah yang amat berpengaruh dalam menetapkan strategi penyampaian.
Kemampuan-kemampuan khusus suatu media bisa dilihat dari kecepatannya dalam menyajikan sesuatu, seperti film tentang pembangunan jalan raya akan lebih cepat memberi gambaran tentang bagaimana tahapan pembuatan jalan raya, dibandingkan dengan mengamati langsung ke lokasi yang memakan waktu lama sampai jalan itu selesai. Kemampuan simulatif, seperti dalam simulator terbang yang memungkinkan seorang pilot dapat mendaratkan sebuah pesawat sepuluh kali dalam satu jam tanpa harus lepas landas lagi setiap kali akan mengambil posisi mendarat berikutnya.
Kemampuan-kemampuan khusus juga sering dimiliki oleh media-media yang tingkat kecepatan representasinya rendah. Media rekaman, umpamanya, tidak terikat oleh waktu dan ruang. Media ini tingkat kecermatan rendah tetapi ia memiliki kemampuan khusus untuk menyajikan sesuatu yang sudah berlalu dan tak dapat diulang.
Tingkat Pengaruh Motivasional
Media juga penting artinya untuk keperluan mempreskripsikan strategi penyam-paian. Namun pengaruh motivasional ini sering kali amat bervariasi sejalan dengan perbedaan perseorangan. Umpamanya, seorang pengajar, sebagai media belajar, dapat bertindak sebagai motivator bagi seorang pebelajar, tetapi pada saat yang sama, ia justru munghancurkan motivasi belajar pebelajar lain.
Suatu media pembelajaran bisa memberi pengaruh motivasi berbeda. Perbedaan ini lebih banyak dapat dikaitkan dengan perbedaan karakteristik pebelajar. Makin dekat kesamaan karakteristik pebelajar dengan media yang dipakai, maka makin tinggi pengaruh motivasional yang bisa ditimbulkan oleh media itu. Di samping interaksinya dengan karakteristik pebelajar, media juga dapat berinteraksi dengan tipe isi bidang studi dalam menentukan pengaruh motivasionalnya. Tipe isi konsep lebih tepat didekati oleh media benda konkrit, atau gambar serta diagram, sedangkan untuk tipe isi prosedural, film bersuara yang menunjukkan prosedur-prosedur yang sedang dipelajari akan dapat menimbulkan pengaruh motivasional yang tinggi.  
Tingkat Biaya Diperlukan
Dalam menyampaikan suatu media juga penting untuk mengekspresikan strategi penyampaian. Mulai dari perencanaan sampai pada pembuatannya, kalau media dikembangkan sendiri. Jika ingin menggunakan media siap pakai, tidaklah mahal, namun apakah memadai jika dibandingkan dengan keseluruhan strategi penyampaian yang akan dipakai? Nilai dari suatu strategi penyampaian dapat ditafsirkan dari jenis dan satuan media yang dipakai. Bagaimanapun juga, makin tepat dan lengkap media yang dipakai, makin besar keefektifan dari strategi penyampaian itu.
Interaksi Pebelajar dengan Media Pembelajaran
Bentuk interaksi antara pebelajar dan media merupakan komponen penting kedua untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena uraian mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan-kegiatan itu.
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan banyak sekali ragamnya. Mulai dari kegiatan paling dasar, seperti membaca, mendengarkan, menulis, sampai kegiatan-kegiatan yang jauh lebih kompleks yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dasar tersebut, seperti mengerjakan tugas, sajian kelas, membuat laporan, diskusi, dan seterusnya.
Tersedianya media penting sekali untuk merangsang kegiatan belajar pebelajar. Kehadiran pengajar untuk mengarahkan kegiatan belajar, buku teks, sebagai sumber informasi; proyektor, untuk menampilkan film, dan media-media lain, amat diperlukan  untuk merangsang kegiatan belajar. Interaksi antara pebelajar dengan media inilah yang sebenarnya merupakan wujud nyata dari tindak belajar. Hal belajar terjadi dalam diri pebelajaran ketika mereka berinteraksi dengan media lain, karena itu, tanpa media belajar tidak akan pernah terjadi.
Struktur Pembelajaran
Penyampaian pembelajaran menggunakan media dapat di selenggarakan dalam kelas besar. Kegiatan belajar yang dilakukan sering kali lebih banyak tergantung pada rangsangan pengajar. Penyampaian pembalajaran dalam kelas besar menurut penggunaan jenis media berbeda dari kelas kecil. Demikian juga untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.
FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
Sebagai komponen sistem pembelajaran, media memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen yang dimuati pesan pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada proses penyampaian pesan ini sering kali terjadi gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak di terima oleh pebelajar seperti apa yang dimaksudkan oleh pengajar. Gangguan-gangguan komunikasi antar pengajar-pebelajar ini kemungkinan disebabkan oleh verbalisme.
Verbalisme terjadi apabila seseorang hanya tahu kata yang mewakili suatu objek, tetapi tidak mengetahui objeknya. Atau, seorang tahu nama konsep, tetapi tak tahu susbtansi konsepnya. Vebralisme bisa terjadi kalau dalam proses interaksi pembelajaran hanya melibatkan media verbal sehingga pebelajar cenderung hanya meniru apa yang dikatakan pengajar tanpa mengetahui maknanya. Keadaan seperti ini berpotensi untuk mengganggu interaksi pembelajaran karena apa yang dimaksud oleh pengajar bisa ditafsirkan lain oleh pebelajar.
Salah tafsir jelas sekali dapat mengganggu proses penyampaian pesan-pesan pembelajaran. Ini bisa terjadi bila istilah-istilah yang dimunculkan dalam proses penyampaian pesan itu tak dipahami sama oleh penyampaian pesan dan penerima pesan. Perhatian yang tak terpusat atau ganda sering dapat diajukan sebagai sebab terganggunya proses komunikasi. Gangguan perhatian muncul karena prosedur penyampaian pesan yang membosankan atau karena perhatian pebelajar lebih tertarik pada hal-hal yang diluar pesan yang sedang disampaikan. Gangguan proses komunikasi juga dapat terjadi karena terbentuknya presepsi yang keliru tentang suatu objek, peristiwa, atau gejala. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh kurangnya variasi media yang dilibatkan dalam proses komunikasi tersebut.
Disamping empat butir penyebab gangguan proses komunikasi, masih ada butir lain yang juga berpotensi secara langsung dalam menentukan tingkat gangguan yang bisa dihasilkannya, yaitu kondisi lingkungan dimana komunikasi itu berlangsung. Tata ruang, tata suara, tata fasilitas amat menentukan kualitas penyampaian pesan, dan semua butir ini sangat terkait dengan media apa yang dilibatkan dalam penyampaian pesan.
Kunci pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan gangguan proses penyampaian pesan pembelajaran ini terletak pada media yang dipakai dalam proses itu. Pemilihan media yang tepat, sesuai dengan keistimewaan yang dimilikinya, akan memperkecil gangguan-ganguan tersebut. Secara umum, media-media tertentu memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut.
Kemampuan Fiksatif
Kemampuan fiskatif yaitu media yang memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian dapat disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
Kemampuan Manipulatif
Kemampuan manipulatif artinya kemampuan media untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluannya. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah ukurannya, kecepatannya serta diulang-ulang penampilannya.
Kemampuan Distributif
Kemampuan distributif adalah kemampuan media dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan penggunaan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan-keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar fungsi media dapat dikemukakan seperti berikut ini.
  •  menghindari terjadinya verbalisme.
  •  membangkitkan minat dan motivasi
  •  menarik perhatian pebelajar
  •  mengatasi keterbatasan: ruang, waktu dan ukuran
  •  mengaktifkan mahasiswa/peserta didik dalam kegiatan belajar
  •  mengaktifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Secara lebih terperinci fungsi media dalam proses pembelajaran dapat dikemukakan berikut ini.
  • media memungkinkan pebelajar menyaksikan benda/peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film dan sebagainya, pebelajar dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang peristiwa/benda bersejarah.
  • media memungkinkan pebelajar mengamati peristiwa/benda yang sukar dikunjungi, baik karena tempatnya jauh atau karena berbahaya atau terlarang, misalnya film tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir dan sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang banda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil misalnya, dengan perantaraan TV mahasiswa/peserta didik dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bedungan atau kompleks pembangki listrik, dengan slide atau film pebelajar dapat memperoleh gambaran tentang bakteri, amoeba dan sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar mendengar suara yang sukar ditangkap telinga secara langsung, misalnya, rekaman denyut jantung dan sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau rekaman, pebelajar dapat mangamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar dan sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan mahasiswa/peserta didik dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh, jantung, paru-paru dan sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau bahaya didekati. Dengan film, slide, vidio cassette pebelajar dapat mengamati pelangi, gunung meletus, perang, dan lain sebagainya.
  • media memungkinkan pebelajar dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, foto atau model pebelajar dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat, ukuran, ataupun bentuknya.
  • media dapat memperlihatkan secara cepat proses yang berlangsung secara lambat. Denga media film proses perkembangan katak dari telur mejadi katak, hanya ditunjukkan dalam beberapa menit. Demikian pula, bunga dari kuncup sampai mekar, dapat ditunjukkan film dalam beberapa detik saja.
  • media dapat memperlihatkan secara lamban gerakan-gerakan yang berlangsung amat cepat. Media film  dapat memperlihatkan gerakan lompat tinggi, salto, dan sebagainya secara lambat, bahkan dapat juga dihentikan, jika perlukan untuk mengamati secara teliti.
  • media mempermudah pebelajar mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film dapat dengan mudah mengamati jalanya mesin motor empat tak, dan sebagainya.
  • media memungkinkan menunjukkan bagian-bagian yang tersembunyi dari benda/alat. Dengan diagram, bagan dapat ditunjukkan bagian-bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
  • media dapat menyajikan ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama, misalnya setelah pebelajar mengamati proses penggilingan tebu pada suatu pabrik gula, kemudian diberi kesempatan untuk menyaksikan film yang menyajikan secara ringkas proses penggilingan tebu. Dengan demikian, maka gambaran yang diperoleh mahasiswa/peserta didik tentang proses penggilingan tebu akan lebih mantap dan jelas.
  • media memungkinkan dapat menjangkau sasaran yang besar jumlahnya. Dengan CCTV radio pendidikan, ratusan pebelajar dapat mengikuti pelajaran yang disajikan oleh seorang dosen dalam waktu yang sama.
  • media memungkinkan pebelajar dapat belajar dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pembalajaran berprogram pebelajar dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.

PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukan pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu didasarkan pada beberapa faktor yang saling berhubungan seperti berikut.
  • seberapa jauh situasi dan latar belakang pekerjaan yang sebenarnya perlu ditiru dalam program pembelajaran?
  • media apa yang dianggap paling praktis untuk melaksanakan dan memperbaharui program pelatihan?
  • apakah diperlukan perlengkapan untuk menggunakan media yang dipilih itu, apakah pengadaan peralatan tertentu itu dapat dipertanggung-jawabkan untuk keperluan pelajaran yang bersangkutan?
  • apakah media itu sesuai dengan kebutuhan belajar pebelajar (ditinjau dari segi kebudayaan, usia, kebiasaan belajar) atau malah akan membingungkan mereka?
  • sejauh-manakah pencapaian pebelajar harus sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan?
  • apakah nilai bahan pelajaran (perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi, jumlah pebelajar yang dilatih atau isi mata pelajaran) sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu?

Fakto-faktor dalam Pemilihan Media Pembelajaran
  • Tujuan: Media yang dipilih hendaknya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
  • Ketepat-gunaan: Hendaknya dipilih ketepatan dan kegunaannya untuk menyampaikan pesan yang hendak dikomunikasikan/diinformasikan
  • Tingkat kemampuan siswa/peserta didik: Media yang dipilih hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa/peserta didik, pendekatan terhadap pokok masalah, besar kecilnya kelompok atau jangkauan penggunaan media tersebut.
  • Biaya: Biaya yang dikeluarkan hendaknya seimbang dengan hasil yang diharapkan dan tergantung kemampuan dana yang tersedia.
  • Ketersediaan: Apakah media yang diperlukan tersedia atau tidak, apakah ada pengganti yang relevan, direncanakan untuk perorangan atau kelompok.
  • Mutu teknis: Kualitas media harus dipertimbangkan, jika media sudah rusak atau kurang jelas/terganggu sehingga mengganggu proses transfer informasi (tidak menarik, detail kurang bisa dipahami).

Prinsip dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa prisip yang perlu dipertimbangkan pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
  • tidak ada suatu media yang paling unggul untuk semua tujuan, suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain.
  • media adalah bagian integal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja, tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perencanaan intruksional. Tanpa alat bantu pembalajran mungkin pembalajaran dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembalajaran itu takkan terjadi.
  • media apapun yang berhak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar mahasiswa/peserta didik. Kemudahan belajar mahasiswa/peserta didik haruslah dijadikan acuan utama dalam pemilihan dan penggunaan suatu media.
  • penggunaan berbagai media dalam suatu pembalajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
  • pemilihan media hendaklah objektif ( didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.
  • penggunaan beberapa media sekaligus akan membingungkan mahasiswa/peserta didik. Penggunaan multi media tidak berarti media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.
  • kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekongkritan dan keabstrakannya. Media yang kongkrit ujudnya, mungkin sukar buntuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
KARAKTERISTIK BEBERAPA JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai (Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk., 1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.
Gerlach dan Ely mengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut (Arsyad, 2002) adalah: a) ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek; b) ciri manipulatif, yaitu kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut; c) ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa, di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Berdasarkan uraian sebelumnya, ternyata bahwa karakteristik media, klasifikasi media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karakteristik dari masing-masing kelompok media tersebut akan dibahas dalam uraian selanjutnya.
Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan.
Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta dipelajari.



Senin, 24 Oktober 2016

komunikasi pembelajaran



Komunikasi Dalam "Pembelajaran"
Komunikasi dalam pembelajaran sangatlah penting karena tanpa adanya kamunikasi suatu pembelajaran tidak akan bisa sukses. Dan dalam makalah ini insyaallah akan kami terangkan beberapa perkara yang berkaitan dengan komunikasi pembelajaran. Apa sajakah macam-macam komunikasi dalam pembelajaran? Bagaimanakah pemanfaatan TIK dalam pembelajaran? Apakah yang menyebabkan kegagalan komunikasi dalam pembelajaran? Semuanya akan kami bahas dalam makalah ini.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Komunikasi sebagai Ilmu Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek aksiologi, epistomologi dan ontologi. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas (faedah, peranan dan kegunaan). Epistomologi menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontologi mengenai struktur material dari ilmu pengetahuan

A.    Macam-macam Komunikasi dalam Pembelajaran
1.    Secara Langsung
Seorang guru memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

2.    Secara Tidak Langsung
Guru atau pendidik dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi secara luas melalui media tersebut. Seperti model sekolah jarak jauh yaitu memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran.



B.    Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
1.    Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer/laptop dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan.
2.    Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film caracara melakukan suatu kegiatan misalnya cara melakukan pengukuran dengan mikrometer yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.
3.    Virtual Experiment
Maksud dari virtual eksperimen disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software virtual eksperimen misalnya Crocodile Clips.
4.    Kelas virtual
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya menggunakan moodle. Saya berikan contoh bentuk kelas maya yang sedang kami kembangkan di MAN 2 Ciamis.

C.    Komponen-komponen CTL
1.    Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dalam pandangan konstruktivis, straegi “memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :
a.    Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b.    Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
c.    Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2.    Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :
1.    Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
·    Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit (dalam mata pelajaran sejarah)
·    Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari (bahasa Indonesia)?
·    Ada berapa jenis tumbuham menurut bentuk bijinya (biologi)
·    Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)
2.    Mengamati atau observasi
·    Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
·    Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.
3.    Menganalsis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya  lainnya
·    Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri.
·    Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.
·    Siswa membuat bagan silsilah raja-raja majapahit sendiri.
·    Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri
·    Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya  sendiri, dst.
4.    Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain
·    Karya siswa disampaikan teman sekelas, guru, atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan
·    Bertanya jawab dengan teman,
·    Memunculkan ide-ide baru
·    Melakukan refleksi
·    Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

3.    Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Sebelum tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah kota Palu? Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya  berguna untuk :
1.    Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2.    Mengecek pemahaman siswa
3.    Membangkitkan respon kepada siswa
4.    Mengetahui sejauh mana keinginantahuan siswa
5.    Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6.    Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7.    Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari  siswa
8.    Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama  dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya? tolong bantu aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu.
“Masyarakat-belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, “Seorang guru yang mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat-belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. dalam masyarakat-belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Metode pembelajaran dengan teknik “learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terujud dalam:
a.    Pembentukan kelompok kecil
b.    Pembentukan kelompok besar
c.    Mendatangkan “ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
d.    Bekerja dengan kelas sederajat
e.    Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
f.    Bekerja dengan masyarakat

5.    Pemodelan (Modelling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebaginya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”.

6.    Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelejaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Rfleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung “Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru saya pelajari ini, file komputer lebih tertata”.

7.    Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

D.    Kegunaan Media Komunikasi dalam Pembelajaran
1.    Memberi pengetahuan tentang tujuan belajar
Pada permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau keterampilan yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan.

2.    Motivasi siswa
Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi sangat mungkin pembelajaran tidak akan menghasilkan belajar. Usaha untuk memotivasi siswa seringkali dilakukan dengan menggambarkan sejelas mungkin keadaan di masa depan, dimana siswa perlu menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.

3.    Menyajikan informasi
Ada 3 jenis variasi penyajian informasi :
a.    Penyajian dasar (basic), membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa atau reviw oleh guru kelas.
b.    Penyajian pelengkap (supplementary), setelah penyajian dasar dilakukan oleh guru kelas, media digunakan untuk membawa sumber-sumber tambahan kedalam kelas
c.    Penyajian pengayaan (enrchment), merupakan informasi yang tidak merupakan bagian dari tujuan pembelajaran, diadakan karena memiliki nilai motivasi dan dapat mencapai perubahan sikap dalam diri siswa.

4.    Merangsang diskusi
Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relative singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi.

5.    Mengarahkan kegiatan siswa
Pengarahan kegiatan siswa merupakan penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan (aplication). Penekanan pada metode ini adalah pada kegiatan melakukan (doing).media dapat digunakan secara singkat atau sebentar-sebentar untuk mengajak siswa mulai dan berhenti.

6.    Pelaksanaan latihan dan ulangan
Dalam belajar keterampilan, apakah itu bersifat kognitif atau psikomotor pengulangan respon-respon dianggapa sangat penting untuk kemajuan kecepatan dan tingkat kemahiran. Penyajian latihan adalah proses mekanis murni dan dapat dilakukan dengan sabar dan tak kenal lelah oleh media komunikasi, khususnya oleh media yang dikelola oleh media computer. Laboratorium bahasa juga merupakan salah satu contoh media yang digunakan untuk pengulangan dan latihan.

7.    Menguatkan belajar
Penguatan sering kali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan pada motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang diharapkan, setelah diberikan stimulus.
8.    Memberi pengalaman simulasi
Simulator adalah alat untuk menciptakan ligkungan buatan yang secara realistis dapat merangsang siswa dan bereaksi terhadap rsponnya sendiri, sehingga dapat melatih perilaku kompleks yang membutuhkan lingkungan khusus. Contoh yang sering ditemui adalah simulator mobil yang digunakan untuk latihan mengendarai mobil dan simulator pesawat yang digunakan untuk pelatihan pilot.

Dalam kommunikasi pembelajaran juga ada beberapa yang menjadi kendala diantaranya yaitu :
1.    Penyampaiannya kurang mengena/ mnarik kepada peserta didik.
2.    Kurangnya minat peserta didik dalam pembelajaran
3.    Kurangnya alat atau bahan pembelajaran.
4.    Pendidik tidak menguasai materi.
5.    Factor beda bahasa antara pandidik dengan peserta didik.
6.    Adanya masalah pribadi antara peserta didik dengan penddidik.
7.    Kurangpedulinya pendidik atau peserta didik dengan pembelajaran tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


AECT. 1970. The Definition of Educational Technology. Washington
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. Fourth Edition. New York. Holt-Saunders International Editions.
Perkembangan Teknologi Komunikasi » Blog Archive » Sisi Devil dari Teknologi.htm
Januszewski, Alan. 2001. Educational Technology, The Development of a Concept. Englewood, Colorado. Libraries Unlimited.

Jumat, 04 November 2016

kosep dasar media pembelajaran

A.
 
KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN
Definisi media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara atau pengantar pesan daripengirim kepada penerima pesan.Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media ada dua bagian, yaitu arti sempit dan artiluas. Dalam arti sempit, bahwa media itu berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi. Dalam arti luas,yaitu kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap baru.AECT (Association of Education and Comunication Technology, 1997) memberi batasantentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesanatau informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalamlingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Berbeda dengan itu, AsosiasiPendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) memberikan batasan bahwa mediaadalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Mediaadalah medium yang digunakan untuk membawa/ menyampaikan sesuatu pesan, di manamedium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengankomunikan (Blake and Haralsen). Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yangberfungsi sebagai perantara/ sarana/ alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).Definisi belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang danberlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Sadiman, dkk., 1996:Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.(Gredler, 1994: 1). Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasilpengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisamelaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada oranglain (Pidarta, 2000: 197). Dengan demikian belajar menuntut adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman (Mayer, 1982: 1040dalam Seels & Richey, 2000: 13). Dalam kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukansembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisabertindak secara tepat (Dimyati & Mudjiono, 2002: 41-42).Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk belajar. Hal itu terutama disebabkan oleh efisiensi mekanisme penerimaannya dan kemampuantanggapannya. Seorang pelajar yang normal akan dapat memperoleh pengertian dengan caramengolah rangsangan dari luar, yang ditanggapi oleh indranya, baik indra penglihatan,pendengaran, penciuman, perasa maupun peraba. Semakin baik tanggapan seseorang tentang
 
sesuatu objek, orang, peristiwa atau hubungan, semakin baik pula hal tersebut dapat dimengertidan diingat (Miarso, 1984: 111).Dalam pandangan konstruktivisme, belajar adalah menyusun pengetahuan daripengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, dan refleksi serta interpretasi. Proses belajar padahakikatnya terjadi dalam diri peserta didik yang bersangkutan, walaupun prosesnya berlangsungdalam kelompok, bersama orang lain.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “ menyampaikan pikiran, dengan
demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secarabermakna melalui pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalammemanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Sadiman, dkk., 1986: 7).Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instruksional) adalah usaha mengelolalingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisitertentu (Miarso, 2004: 528).Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar pesertadidik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disususn sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal(Gagne dan Briggs, 1979: 3).Pembelajaran adalah segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuanpembelajaran dapat dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi prosesbelajar pada diri peserta didik.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah saranakomunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaransecara efektif dan efisien, serta tujuanpembelajaran dapat dicapai dengan mudah.Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajardan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antarakomponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.